Riba, sering kita mendengar kata tersebut. Sebagaimana kita ketahui secara umum, riba biasanya dikaitkan dengan hutang piutang. Secara etimologi riba berarti tambahan, baik yang terdapat pada sesuatu
atau tambahan tersebut sebagai ganti terhadap sesuatu tersebut, seperti
menukar satu dirham dengan dua dirham. Lafadz ini juga digunakan atas
segala bentuk jual beli yang diharamkan (Syarh An Nawawi ‘alaa Shahih Muslim 11/8, Fathul Baari 4/312).
Adapun secara terminologi, riba berarti adanya tambahan dalam suatu
barang yang khusus dan istilah ini digunakan pada dua bentuk riba, yaitu
riba fadl dan
riba nasiah (Lihat
Al Mughni 6/52, Fathul Qadir 1/294; dinukil dari
Ar Ribaa Adraruhu wa Atsaruhu fii Dlauil Kitabi was Sunnah).
Al Ustadz Aunur Rofiq Ghufron mengatakan, “Maksud tambahan secara
khusus,ialah tambahan yang diharamkan oleh syari’at Islam, baik
diperoleh dengan cara penjualan, atau penukaran atau peminjaman yang
berkenaan dengan benda riba.” (Majalah As Sunnah edisi 3 tahun VII).
Jadi jelaslah dari penjelasan di atas bahwa riba merupakan tambahan atau kelebihan ketika kita mengembalikan pinjaman yang biasanya berupa uang.
Tak dapat dipungkiri akhir-akhir ini riba semakin melekat dikehidupan masyarakat kita. Tanpa kita sadari kebutuhan manusia yang setiap hari semakin meningkat tetapi tidak didasari dengan pemikiran yang matang membuat sistem riba ini semakin tumbuh subur. Tengoklah disekitar kita, bahkan kita sendiri ketika kita membutuhkan sesuatu baik berupa tempat tinggal, kendaraan, gadget, dsb namun kita tidak memiliki dana yang cukup padahal kebutuhan itu cukup mendesak kita atau masyarakat pada umumnya mengandalkan pinjaman, baik pinjaman di bank maupun perseorangan. Dengan dalih apabila kita membeli kebutuhan tersebut dengan cara menabung akan merugikan kita karena ketika tabungan sudah mencukupi, harga dari barang yang kita butuhkan sudah naik sehingga dana yang seharusnya sudah cukup menjadi kurang, sehingga orang cenderung mengambil jalan pintas dengan meminjam.
Sebenarnya tidak ada salahnya jika kita meminjam baik barang maupun uang kepada orang lain. Namun yang dipermasalahkan adalah kelebihan yang harus diberikan oleh peminjam kepada orang yang memberikan pinjaman dengan unsur paksaan (dalam hal ini bunga hutang). Semisal jika kita pinjam 1 juta maka harus mengembalikan sebesar 1,1 juta.
Dalam Al-Quran dan As-Sunah sudah dijelaskan tentang riba.
Dalil dari Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman,
وَحَرَّمَ الرِّبَا
“Dan Allah telah mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqarah: 275)
Dalil dari As-Sunnah:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ
الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba,
orang yang memberi makan dengan riba, juru tulis transaksi riba dan dua
orang saksinya. Kedudukan mereka itu semuanya sama.” (HR. Muslim nomor 2995)
Adapun dampak negatif dari riba antara lain :
(1) Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya.
Jika diperhatikan, maka kita akan menemukan bahwa mereka yang
berinteraksi dengan riba adalah individu yang secara alami memiliki
sifat kikir, dada yang sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak
akan kemewahan dunia dan sifat-sifat hina lainnya.
(2) Riba merupakan akhlaq dan perbuatan musuh Allah, Yahudi. Allah ta’ala berfirman:
وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ
النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا
أَلِيمًا
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil, Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa’: 161)
(3) Riba merupakan akhlak kaum jahiliyah. Barang siapa yang
melakukannya, maka sungguh dia telah menyamakan dirinya dengan mereka.
(4) Pelaku (baca: pemakan) riba akan dibangkitkan pada hari kiamat
kelak dalam keadaan seperti orang gila. Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ
الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى
فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)
(5) Seseorang yang bergelut dan berinteraksi dengan riba berarti
secara terang-terangan mengumumkan dirinya sebagai penentang Allah dan
rasul-Nya dan dirinya layak diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ
مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا
فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ
رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279)
Maka keuntungan apakah yang akan diraih bagi mereka yang telah
mengikrarkan dirinya sebagai musuh Allah dan akankah mereka meraih
kemenangan jika yang mereka hadapi adalah Allah dan rasul-Nya?!
(6) Memakan riba menunjukkan kelemahan dan lenyapnya takwa dalam diri
pelakunya. Hal ini menyebabkan kerugian di dunia dan akhirat. Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . وَاتَّقُوا
النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ . وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan
untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu
diberi rahmat.” (QS. Ali Imran: 130-132)
(7) Memakan riba menyebabkan pelakunya mendapat laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melaknat pemakan riba, yang memberi riba, juru tulisnya dan kedua saksinya, beliau berkata, “Mereka semua sama saja.” (HR. Muslim: 2995)
(8) Setelah meninggal, pemakan riba akan di adzab dengan berenang di
sungai darah sembari mulutnya dilempari dengan bebatuan sehingga dirinya
tidak mampu untuk keluar dari sungai tersebut, sebagaimana yang
ditunjukkan dalah hadits Samurah radliallahu ‘anhu (HR. Bukhari 3/11 nomor 2085)
(9) Memakan riba merupakan salah satu perbuatan yang dapat menghantarkan kepada kebinasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan!” Para sahabat bertanya, “Apa sajakah perkara tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Syirik,
sihir, membunuh jiwa yan diharamkan Allah kecuali dengan cara yang hak,
memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran dan
menuduh wanita mukminah berzina.” (HR. Bukhari nomor 2615, Muslim nomor 89)
(10) Riba merupakan perbuatan maksiat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ
بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ
فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nuur: 63)
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam
api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang
menghinakan.” (QS. An Nisaa: 14)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzaab: 36)
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka
Sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya.” (QS. Al Jin: 23)
(11) Pemakan riba diancam dengan neraka jika tidak bertaubat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ
الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى
فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah: 275)
(12) Allah tidak akan menerima sedekah yang diperoleh dari riba, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim 2/3 nomor 1014)
(13) Do’a seorang pemakan riba tidak akan terkabul. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan bahwa ada seorang yang bersafar kemudian menengadahkan tangannya ke langit seraya berdo’a, “Ya Rabbi, ya Rabbi!”
Akan tetapi makanan dan minumannya berasal dari yang haram, pakaiannya
haram dan dikenyangkan oleh barang yang haram. Maka bagaimana bisa
do’anya akan dikabulkan?! (HR. Muslim nomor 1014)
(14) Memakan riba menyebabkan hati membatu dan memasukkan “ar raan” ke dalam hati. Allah ta’ala berfirman,
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthaffifin: 14)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah
di dalam jasad terdapat sepotong daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh badan. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan.
Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari 1/19 nomor 52, Muslim nomor 1599)
(15) Memakan riba adalah bentuk kezhaliman dan kezhaliman merupakan kegelapan di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman,
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ . مُهْطِعِينَ
مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ
وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah
lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata
(mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan
dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan
hati mereka kosong.” (QS. Ibrahim: 42-43)
(16) Pelaku riba biasanya jarang melakukan berbagai kebajikan, karena
dirinya tidak memberikan pinjaman dengan cara yang baik, tidak
memperhatikan orang yang kesulitan, tidak pula meringankan kesulitannya
bahkan dirinya mempersulit dengan pemberian pinjaman yang disertai
tambahan bunga. Padahal Allah telah menerangkan keutamaan seorang yang
meringankan kesulitan seorang mukmin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
meringankan satu kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitannya di
dunia , maka Allah akan meringankan kesulitan dari berbagai kesulitan
yang akan dihadapinya pada hari kiamat kelak. Barangsiapa yang memeri
keringanan bagi orang yang kesulitan, maka Allah akan memberi keringanan
baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menyembunyikan aib seorang
muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR. Muslim nomor 2699)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa memperhatikan orang yang ditimpa kesulitan dan menghilangkannya, maka Allah akan menaunginya dalam naungan-Nya.” (HR. Muslim nomor 3006)
(17) Riba melunturkan rasa simpati dan kasih sayang dari diri
seseorang. Karena seorang rentenir tidak akan ragu untuk mengambil
seluruh harta orang yang berhutang kepadanya. Oleh karena itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تنزع الرحمة إلا من شقي
“Tidaklah sifat kasih sayang itu diangkat kecuali dari seorang yang celaka.” (HR. Abu Dawud nomor 4942, Tirmidzi nomor 1923 dan hadits ini dishahihkan oleh al ‘Allamah Al Albani dalam Shahih Tirmidzi, 2/180)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Allah tidak akan menyayangi seseorang yang tidak sayang kepada sesama manusia.” (HR. Bukhari nomor 7376, Muslim nomor 2319)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Orang
yang memiliki sifat kasih sayang akan disayangi oleh Ar-Rahman.
Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit
akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud nomor 1941, Tirmidzi nomor 924 dan hadits ini dishahihkan oleh Imam Al Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/180)