Berbuka puasa bersama-sama memang terasa nikmat, apalagi bila dilakukan dengan orang-orang yang kita kenal baik teman sekantor, teman lama yang jarang bertemu, atau mugkin para sahabat. Memang benar bahwa berbuka bersama dapat menjalin silaturahmi namun terkadang kegiatan berbuka puasa bersama tersebut pada kenyataanya justru malah melalaikan ibadah kita. Semisal jika kita berbuka direstoran, terkadang kita masih menunggu makanan disajikan karena pada jam-jam tersebut pastilah tidak hanya kita yang melakukan buka bersama. Kemudian setelah makanan tersebut disajikan maka kita perlu waktu untuk menyantap makanan tersebut, apalagi saat perut kosong kita tidak bisa makan dengan teburu-buru padahal perlu diingat bahwa durasi untuk salat magrib tidak lebih dari satu jam. Belum lagi bila diselingi dengan mengobrol dan selfi-selfi pasti tanpa disadari tiba-tiba sudah azan salat isya. Dan lebih parahnya lagi sampai tidak ada yang menyadari hal tersebut, malah terkesan cuek. Seiring waktu berjalan kegiatan tersebut belum usai hingga waktu salat isya terlewatkan dan masuk ke salat tarawih. Pastinya hal tersebut akan dilewatkan juga. Apakah tidak sia-sia puasa yang seharusnya kita tutup denga salat magrib, isya, dan tarawih malah hanya digunakan untuk mengobrol ngalor-ngidul.
Lalu bagaimana sebaiknya?. Dalam ajaran agama Islam tidak dilarang untuk melakukan buka bersama, malah akan meningkatkan tali silaturahmi, tapi bila dilakukan dengan benar. Semisal lakukanlah buka bersama di masjid, sehingga kita bisa langsung salat magrib. Atau minimal carilah tempat makan yang memiliki musala atau dekat dengan masjid sehingga kita tidak ketinggalan salat magrib. Sebaiknya jangan terlalu banyak orang atau dengan makanan yang tidak terlalu banyak, karena akan menhabiskan waktu hanya untuk makan selain itu makan berat saat berbuka juga kurang baik karena lambung kita belum beradaptasi. Pilihlah makanan yang tidak terlalu mengenyangkan.
Sering kita mendengar berita baik di televis maupun koran bahwa kebutuhan akan pangan selama bulan ramadhan meningkat tajam. Jika dipikir-pikir sungguh sangat ironi, bulan ramadhan dimana sebagian besar umat muslim yang merupakan mayoritas penduduk di negara kita menjalankan ibadah puasa yang notabene menahan hawa nafsu terutama makan dan minum, logikanya jika mulai subuh sampai dengan magrib sama sekali tidak makan dan minum maka kebutuhan akan makanan seharusnya berkurang bukan malah sebaliknya. Namun pada kenyataanya justru ketika puasa timbul keinginan untuk memakan berbagai macam makanan untuk berbuka, istilahnya kalap akan makan. Bahkan tak jarang makanan yang diinginkan pun adalah makanan yang dihari-hari biasa tidak tersedia. Walaupun dengan harga yang lebih mahal pun pasti dibeli, terkadang bahkan sering para ibu-ibu sengaja tidak memasak dan memilih membeli lauk yang sudah matang dan sudah barang tentu pengeluaran akan semakin membengkak. Puasa yang notabene membiasakan kita untuk hidup sederhana, merasakan kehidupan orang-orang di bawah kita agar kita tidak menjadi sombong malah menjadi suatu pemborosan. Dan yang lebih parah lagi apabila belanja makanan tersebut terlalu banyak pastilah akan sisa, jika di hari biasa bisa kita makan nanti-nanti tapi dalam hal ini puasa dimana jam makan telah ditentukan. Akhirnya apa? makanan yang masih bersisa ujung-ujungnya berakhir di bak sampah karena tak bisa dikonsumsi lagi jika harus menunggu ketika jam makan datang lagi. Hal tersebut pastilah membuat mubadzir, membuang-buang makanan.
Maka dari itu sebaiknya kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu agar tidak menjadi kalap, lambung kita yang selama lebih dari 12 jam kosong tak akan mampu mencerna makanan dalam jumlah banyak sekaligus. Rata-rata untuk makan berbuka sebaiknya sediakan air minum dan snack sebanyak dua atau tiga potong. Setelah itu istirahatkan lambung sambil kita salat baik magrib sampai isya, sukur-sukur sekalian tarawih. Baru setelah tarawih dilanjutkan dengan makan besar (nasi). Usahakan makan nasi dan lauk jangan mi, roti, apalagi bakso atau yang lainya. Pilihlah menu makanan yang mudah dicerna. Dan usahakan jangan makan lebih dari jam 9. Mengapa? karen durasi lambung mencerna makanan kurang lebih 5 jam, sehingga saat sahur pas lambung kita selesai mencerna. Jika kita makan terlalu malam maka saat sahur lambung masih mencerna dan kita belum akan merasa lapar yang berujung tidak bernafsu untuk sahur. Padahal makan sahur sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan tubuh saat menjalankan ibadah puas.
Lebaran selalu identik dengan baju baru baik untuk bersilaturahmi maupun saat salat ied. Bagi sebagian besar orang Indonesia rasanya belum afdol kalau lebaran tanpa baju baru. Dalam ajaran agama Islam tidaklah dilarang untuk membeli baju baru untuk lebaran, namun yang perlu digaris bawahi yaitu waktu untuk membelinya. Biasanya mulai pertengahan bualan ramadhan toko-toko pakaian sudah ramai diserbu pembeli. Nah disinilah terkadang kita lalai, saking asiknya berbelanja sampai-sampai lupa jika jam salat sudah tiba, ditambah lagi apabila toko tersebut tidak menyediakan musala seperti dept.store sehingga mengakibatkan pengunjung enggan untuk mencari tempat untuk salat karena berbagai alasan. Dan yang lebih menyedihkan lagi, ada saja orang yang membatalkan puasa hanya karena tidak kuat menahan haus akibat berbelanja dimana toko penuh sesak dengan orang berbelanja ditambah cuaca yang panas. Batal puasa hanya karena berbelanja! ya..begitulah adanya.
Maka dari itu sebaiknya jika ingin berbelanja untuk keperluan lebaran khusunya pakaian, berbelanjalah sebelum ramadhan tiba, selain lebih santai tanpa perlu berdesak-desakan kita juga tidak perlu kehausan yang ujung-ujungnya batal puasa. Namun jika memang harus berbelanja saat bulan puasa, perhatikan waktunya, jangan berbelanja pada sore hari karena harus berbuka, salat magrib, isya, dan tarawih. Berbelanjalah pada pagi hari, karena tidak ada jam salat kecuali sampai dzuhur, itupun waktunya cukup longgar.
4. Makan Berat saat Berbuka
Seperti yang telah sedikit disinggung di awal, terkadang kita hanya karena mengikuti keinginan/hawa nafsu inginya ketika berbuka langsung makan dalan jumlah banyak. Memang benar, perut yang sudah lebih dari 12 jam tidak terisi makanan pastilah akan merasa sangat lapar. Tetapi pada dasarnya kita hidup tanpa makan hanya minum saja dapat bertahan sampai tiga hari lamanya, jadi tidak perlu kuatir kalau tidak segera makan akan terjadi apa-apa. Justru lambung yang sebelumnya kosong apabila harus langsung mencerna makanan dalam jumlah banyak maka lambung kita akan kaget, sehingga bukan kenyang yang didapat tetapi rasa tidak nyaman di perut. Dan pada akhirnya akan mengganggu proses ibadah kita.
Sebaiknya ketika berbuka sediakanlah makanan ringan secukupnya jangan terlalu banyak, cukup dua atau tiga potong saja dan yang pasti air minum. Untuk air minum lebih dianjurkan untuk meminum air bening terlebih dahulu tapi jangan dingin, lebih baik yang hangat agar dapat menyesuaikan suhu tubuh sukur-sukur diiukuti dengan makan buah kurma. Hindari minuman sejenis kopi, soda, dan es karena akan menyebabkan perut tidak merasa nyaman.
Puasa tapi tidak salat bagaikan mobil yang tak bermesin, namun itulah kenyataanya. Pada sebagian masyarakat kita sering kita jumpai ada orang yang melaksanakan ibadah puasa namun kita tahu kesehariannya jarang sekali salat bahkan tidak pernah. Ada berbagai motif mereka melakukan hal tersebut. Bisa jadi karena orang-orang di lingkungannya puasa, atau mungkin menganggap puasa lebih penting daripada salat. Padahal dua-duanya adalah kewajiban kita sebagai umat muslim dan akan mendapatkan dosa apabila kita tidak menjalankan keduanya.
Bagi orang-orang seperti itu perlu kesadaran dari dalam diri masing-masing karena mereka melakukan ibadah bukan dari dalam hati atau bukan karena Tuhannya tapi lebih karena pengaruh lingkungan. Bisa dikatakan lebih takut pada manusia daripada Allah SWT.
6. Silahturahmi Keliling Kampung saat Lebaran
Sekilas tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut, namun yang akan dibahas disini bukan mengenai silaturahminya namun lebih pada esensi dari kegiatan silaturahmi keliling kampung tersebut. Pada kenyataan masyarakat kita akan mengunjungi tiap-tiap rumah dimana lingkungan mereka tinggal saat lebaran dengan tujuan bersilaturahmi hanya sekedar datang, salaman, mengucap maaf lahir batin, lalu pergi lagi tanpa sempat duduk menikmati hidangan bahkan bercengkerama dengan orang yang didatangi. Alasanya simpel, masih banyak yang harus dikunjungi.
Silaturahmi pada hakekatnya adalah mempererat tali persaudaraan, dimana didalamnya terdapat komunikasi antara seseorang dengan orang lainya, dalam hal ini berbincang-bincang. Lalu untuk apa kita berkeliling kampung kalau hanya sekedar menengok suguhan yang ada di tiap-tiap rumah. Alangkah baiknya apabila saat berlebaran ke rumah tetangga menyempatkan untuk berbincang-bincang paling tidak 10 menit, baru kemudian berpamitan. Toh kalau tujuannya hanya bersalaman sudah dilakukan di masjid saat selesai salat ied. Tidak harus semua rumah dikunjungi dalam satu hari tersebut, masih banyak hari-hari lainya dimana kita lebih bebas mengobrol yang justru malah semakin erat tali silaturahminya.
Pemberian angpau atau uang saku saat lebaran memang sudah menjadi tradisi yang turun-temurun. Masyarakat berbondong-bondong menukarkan uang pecahan baru untuk dibagikan kepada anak-anak saat lebaran. Namun budaya yang demikian agaknya kurang pas. Mungkin pendapat beberapa orang menyatakan hal tersebut untuk melatih anak-anak agar mau mengunjungi rumah saudara maupun tetangga untuk bersilaturahmi. Tapi pada kenyataanya tidak ada artinya karena anak-anak cenderung hanya ingin mendapatkan uang saku tersebut bukan belajar bersilaturahmi. Hal ini dapat kita lihat saat lebaran dimana anak-anak beramai-ramai berkunjung dari rumah ke rumah hanya sekedar datang , bersalaman, trima uang lalu pulang. Diajalan mereka saling membanding-bandingkan hasil yang didapat dari tiap anak, semakin banyak memperoleh uang saku maka iapun merasa paling hebat.
Alangkah baiknya apabila kita ingin mengajarkan anak-anak kita untuk bersilaturahmi mengenal saudara maupun tetangga dengan cara mengajak mereka bersama kita berkunjung ke tempat saudara maupun tetangga. Disana kita bisa melibatkan anak-anak dalam perbincangan baik dengan saudara maupun tetangga, sehingga anak bisa menjadi lebih mengenal. Bukan dengan cara membiarkan mereka berkeliling kampung sendiri.
8. Salat Ied tapi Tidak Salat Fardu
Parah! mungkin itu kata yang tepat. Tidak sedikit masyarakat kita yang melakukan hal tersebut. Dalam kesehariannya tidak pernah salat namun hanya salat saat idul fitri maupun idul adha. Orang-orang yang demikian biasanya mereka melakukan hanya karena malu atau merasa tidak enak dilihat tetangga. Padahal jika di telaah, salat fardu hukumnya wajib dilaksanakan sedangkan salat idul fitri maupun idul adha hanya sunah artinya boleh dilaksanakan tapi kalau tidak pun tidak apa-apa. Berbeda dengan salat fardu (subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya) yang jelas-jelas hukumnya wajib. Apabila tidak dilaksanakan pastilah akan berdosa.
Sebaiknya kita benahi dulu salat fardunya baru kita laksanakan yang sunahnya, bukan terbalik. Apabila kita melakukan seperti yang dijelaskan di atas justru malah semakin berat dosa yang kita tanggung. Pertama bahwa kita tidak melaksanakan salat fardu, yang kedua kita melaksanakan salat bukan karena Allah tapi karena tetangga. Ingat, hidup di dunia hanya sementara maka berbuatlah yang sesuai dengan tuntunan agama supaya bekal kita menuju ke alam yang kekal abadi akan semakin banyak.
Demikian 8 Kesalahan yang Dilakukan Tanpa Disadari Saat Puasa Ramadhan dan Idul Fitri, semoga kedepanya kita bisa membenahi diri agar menjadi lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar