HeWi foundation control office :

Gubug HeWi foundation
Dsn. Pajangan RT 01 RW 16, Wedomartani, Kec Ngemplak, Kab Sleman.
D.I.Yogyakarta Indonesia
c.p 081578832020 / 085643830602
e-mail : hewifoundation@gmail.com

Kamis, 18 Februari 2016

Anak Sebagai Fashion



Anak Sebagai Fashion
Menikah merupakah suatu ibadah dan mempunyai anak adalah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita agar kita didik menjadi manusia yang lebih baik. Anak merupakan asset bagi orang tua baik di dunia maupun di akherat. Ketika orang tua kita menjadi lemah dan rapuh maka kita berkewajiban untuk berbakti kepada mereka, ketika kita masih kecil mereka susah payah mendidik kita hingga dewasa sampai bisa menentukan jalan sendiri. Bahkan ketika mereka telah tiadapun kita masih mempunyai kewajiban untuk mendoakan mereka. Begitu juga saat kita diberi anugrah seorang anak. Kita harus mendidik dengan baik karena ketika kita tua renta dan tak berdaya maka merekalah yang akan mengurus kita kelak. Ketika kita tiada maka merekalah juga yang akan mendoakan kita dan memintakan ampunan untuk kita.

Fenomena yang terjadi pada beberapa tahun terkahir sangatlah memprihatikan. Jika kita perhatikan kecenderungan pasangan-pasangan muda yang baru senang-senangnya memiliki anak. Mereka gemar sekali mengupload foto-foto anak mereka ke media social. Tujuan mereka mengupload foto-foto anak mereka tak lain dan tak bukan agar orang lain mengapresiasi dengan komentar atau minimal memberikan like pada foto tersebut. Dengan cara tersebut maka orang tua akan disanjung dan merasa bisa eksis di kalangan teman-teman medsos. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi orang tua karena jika semakin bagus foto yang diupload maka akan semakin tenar pula si pengupload foto tersebut.
Maraknya penguploadan foto-foto anak ke media social menyebabkan para orang tua semakin berlomba-lomba mendadani anaknya sekeren mungkin. Namun disisi lain tidak memperhatikan ilmu tumbuh kembang anak. Anak dipaksa memakai pakaian yang notabene tidak sesuai usia dan anak dipaksa juga berlagak layaknya orang yang sudah dewasa. Tentu saja hal tersebut dilakukan demi memenuhi hasrat orang tuanya. Orang tua yang seperti itu akan merasa puas dan bangga. Dengan kata lain, anak hanya dijadikan fashion bagi bapak ibunya. Anak seperti layaknya pakaian. Ibarat kata memiliki anak hanya untuk gaya-gayaan dan meningkatkan prestis orang tuanya.
Pasangan muda seperti di atas bisa menjadi penghancur generasi masa depan. Tak jarang pasangan muda yang berorientasi penampilan semata tidak akan menyayangi dan mendidik anaknya dengan baik. Mereka memiliki kecenderungan menyia-nyiakan anak. Sebagai contoh ketika orang tua butuh eksis maka anak akan didandani habis-habisan, tapi ketika orang tua sedang tidak butuh maka anak hanya dititip-titipkan atau diasuh oleh baby sister. Akhirnya anak menjadi tidak dekat dengan orang tuanya. Dengan ketidak dekatan tersebut, semakin anak tumbuh besar maka anak akan cenderung menolak apa yang diminta orang tua karena merasa tidak ada kedekatan dan otomatis orang tua menjadi suka marah-marah pada anaknya. Disinilah letak keegoisan para orang tua. Selalu menganggap dirinya benar, tidak menyadari kesalahan yang dilakukan.

Ada yang beranggapan bahwa hal tersebut adalah permintaan si anak, jika tidak diturutin anak akan ngambek. Secara logika seorang anak yang baru lahir ke dunia dia belum tau apa-apa, para orang tualah yang mengenalkan. Mengapa anak menjadi seperti itu ya karena dibiasakan oleh orang tuanya. Sama halnya seperti susu formula yang diberikan ke bayi. Bayi yang baru lahir belum mengenal rasa. Ketika apa yang pertama ia konsumsi (susu formula) terasa enak maka ketika diberi ASI yang notabene rasanya kurang enak maka anak akan menolak. Namun apabila begitu lahir langsung diberi ASI maka anak tersebut pasti mau kecuali ada masalah lain. Karena Tuhan sudah mengantisipasi dengan menyiapkan pabrik susu sendiri yaitu ibunya. Anak yang
Pada akhirnya kita semua hanya bisa menghimbau kepada pasangan muda, jangan terlalu buru-buru menikah. Karena menikah butuh persiapan yang matang tidak hanya dalam berumah tangga namun juga dalam hal mengurus anak yang pasti akan dilakukan kelak. Jangan jadikan suatu pernikahan sebagai sarana eksisitas diri agar disanjung banyak orang, agar orang memandang wah. Menikah adalah ibadah dimana segala sesuatunya didasari dengan keimanan dan ketaqwaan. Jangan pula jadikan anak sebagai pemuas nafsu batin orang tua yang harus memenuhi keinginan orang tua tanpa melihat hak-hak yang dimiliki oleh seorang anak. Orang tua memang punya hak atas anaknya  namun jangan salah, anak juga memiliki ha katas dirinya. Hak untuk diasuh dan dididik dengan baik/benar sesuai dengan tingkat tumbuh kembangnya.
-Widi “HeWi” Nugroho-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar